Network
Layar Berita - Di tengah kekhawatiran akan perubahan iklim, secercah harapan muncul dari penemuan hidrogen alami di Sulawesi Tengah. Sumber energi bersih ini, yang dijuluki "bahan bakar masa depan", menawarkan solusi potensial untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi pemanasan global.
Selama ini, hidrogen alami dianggap langka dan sulit terakumulasi di alam. Namun, asumsi ini terpatahkan dengan penemuan di Bourekebogou, Mali, dan kini, di Sulawesi Tengah. "Temuan ini membuka peluang baru yang luar biasa untuk pemanfaatan energi bersih di Indonesia," ujar Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi, Edy Slameto, di Bandung, 25 Juni 2024.
Hidrogen alami di Sulawesi Tengah terbentuk melalui proses "serpentinisasi". Batuan ultramafik bereaksi dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, menghasilkan mineral serpentin dan gas hidrogen. Batuan ultramafik, yang kaya akan magnesium dan besi, banyak ditemukan di wilayah Sulawesi, Kalimantan Selatan, Halmahera, dan Papua.
Baca Juga: Komisi VII DPR RI Setujui Usulan Pagu Indikatif Kementerian ESDM Tahun 2025 Sebesar Rp9 Triliun
Survei Awal yang Menggembirakan:
Badan Geologi, Kementerian ESDM, telah melakukan survei pendahuluan di One Pute Jaya, Morowali, dan Tanjung Api, Tojo Una-Una, menemukan potensi hidrogen alami yang signifikan.
"Di Tanjung Api, gas hidrogen mencapai 20-35%, dan di One Pute, mencapai 8,5%. Ini menunjukkan potensi besar untuk pengembangan energi bersih di masa depan," jelas Edy.
Api abadi Tanjung Api dan mata air panas One Pute, yang telah lama menjadi daya tarik wisata, ternyata menyimpan rahasia penting. Gelembung gas yang muncul di bawah permukaan laut dan kolam mata air panas ini adalah hidrogen alami yang berasal dari proses serpentinisasi di bawah permukaan bumi.
Penemuan hidrogen alami di Sulawesi Tengah dapat menjadi titik balik dalam transisi Indonesia menuju energi bersih. "Hidrogen alami berpotensi menjadi game changer dalam mengatasi perubahan iklim," kata Edy.
