Penelitian Ungkap Risiko Stroke Lebih Tinggi pada Remaja dengan Kemampuan Mental Rendah

30 Juni 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi seorang remaja yang mengalami kecemasan /dok/Canva

 

Layar Berita – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa remaja dengan kemampuan mental rendah memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi mengalami stroke pada usia 50 tahun. Temuan ini menyoroti pentingnya fungsi kognitif yang baik selama masa remaja untuk mencegah penyakit serius di kemudian hari.

Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, seperti dilaporkan oleh Medical Daily dari ANTARA pada Jumat, 28 Juni 2024, menunjukkan bahwa kemampuan berkonsentrasi, memecahkan masalah, dan belajar yang buruk pada masa remaja berkaitan dengan peningkatan risiko stroke dini.

"Selain obesitas dan hipertensi pada remaja, fungsi kognitif yang lebih rendah mungkin menjadi faktor risiko timbulnya stroke dini," demikian kesimpulan para peneliti.

Baca Juga: Kebiasaan Menyikat Gigi Sejak Dini: Kunci Kesehatan Mulut dan Kepercayaan Diri Anak

Stroke, atau serangan otak, adalah keadaan darurat medis yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik karena bekuan darah (stroke iskemik) atau pendarahan di jaringan otak (stroke hemoragik). Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan bicara, makan, bergerak, dan fungsi tubuh lainnya. Sekitar setengah dari pasien stroke mengalami gangguan jangka panjang.

Penelitian ini menjadi sangat relevan mengingat meningkatnya kejadian stroke di kalangan individu di bawah 50 tahun. Tim peneliti menggunakan data dari sampel nasional yang mewakili 1,7 juta anak muda Israel yang menjalani tes fungsi kognitif komprehensif sebelum wajib militer, dengan peserta berusia antara 16-20 tahun dari tahun 1987 hingga 2012.

Berdasarkan hasil tes, peserta dikelompokkan menjadi kelompok dengan kecerdasan rendah, sedang, atau tinggi. Data tersebut kemudian dihubungkan dengan Israel National Stroke Registry. Selama periode penelitian, tercatat 908 kasus stroke, dengan 767 di antaranya merupakan stroke iskemik dan 141 karena pendarahan.

Angka kematian akibat stroke adalah 5 persen, dengan 62 persen kematian terjadi dalam satu bulan setelah stroke. Usia rata-rata stroke pertama dalam penelitian ini adalah 39,5 tahun. Mereka dengan kemampuan mental rendah hingga sedang memiliki insiden stroke yang lebih tinggi, khususnya stroke iskemik.

Mereka yang memiliki kemampuan mental rendah berisiko 2,5 kali lebih besar untuk mengalami stroke sebelum usia 50 tahun dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor tinggi. Sementara itu, remaja dengan skor kecerdasan sedang memiliki risiko 78 persen lebih besar mengalami stroke.

Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, risiko stroke hampir dua kali lipat pada mereka dengan kemampuan mental tingkat sedang dan lebih dari tiga kali lipat pada mereka dengan kemampuan mental rendah.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk tidak mempertimbangkan faktor risiko lain seperti gaya hidup merokok, aktivitas fisik, pola makan, pendidikan tinggi, dan faktor penentu sosial yang signifikan terhadap kesehatan. Meski demikian, hasil penelitian ini menekankan pentingnya peran fungsi kognitif selama masa remaja dalam mencegah risiko stroke dini.

Dengan demikian, upaya peningkatan kemampuan kognitif dan pendidikan kesehatan yang komprehensif sejak dini dapat menjadi langkah penting dalam pencegahan stroke dan meningkatkan kualitas hidup di masa depan.***

Editor: Agustiar

Sumber: antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler